Detik Nusantara Probolinggo - Hari Raya Idul Adha tinggal menghitung hari. Aroma persiapan mulai terasa di berbagai sudut Kabupaten Probolinggo, termasuk di pasar-pasar rakyat yang jadi denyut nadi kebutuhan masyarakat. Tapi tahun ini, ada yang berbeda. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo lewat Dinas Pertanian (Diperta) tak tinggal diam. Mereka turun langsung ke lapangan, memastikan daging yang beredar bukan hanya layak konsumsi, tapi juga halal dan sehat.
Jumat pagi, 9 Mei 2025, tim dari Diperta bergerak menyusuri Pasar Dringu, Pasar Maron, dan Rumah Potong Hewan (RPH) Maron. Di bawah komando drh. Nikolas Nuryulianto, Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, kegiatan ini menyentuh langsung titik-titik krusial distribusi pangan hewani.
Tak sendiri, drh. Niko didampingi petugas informasi pasar Famnun, penjaga Pasar Maron Sutikno, dan pengelola RPH Maron, Suwandi. Tim ini bukan hanya melakukan inspeksi, tapi juga membawa misi edukasi: mengingatkan pedagang akan pentingnya memotong hewan di tempat yang sesuai prosedur, yakni di RPH.
“Masih ada yang motong di luar RPH, padahal kami sudah siapkan layanan gratis untuk pemotongan hewan qurban selama Idul Adha. Lebih bersih, lebih terjamin kehalalannya,” ujarnya
Mereka tak hanya bicara, tapi juga membagikan leaflet berisi informasi penting soal tata cara penyembelihan halal, termasuk pemutusan tiga saluran utama: napas, makan, dan darah. Sebuah langkah kecil yang bisa membawa dampak besar jika terus dijalankan.
Dalam kesempatan yang sama, Diperta juga mencatat harga-harga bahan pangan asal hewan. Daging sapi kualitas terbaik di Pasar Maron dibanderol Rp 120.000/kg. Telur ayam buras bervariasi, dari Rp 2.100 di Maron sampai Rp 3.000 di Dringu. Daging ayam kampung masih stabil di Rp 32.000/kg, sementara ayam ras Rp 25.500/kg. Daging kambing? Masih bertahan di angka Rp 160.000/kg. Telur itik juga masih nyaman di harga Rp 2.500 per butir.
“Menjelang Idul Adha biasanya memang ada lonjakan harga sekitar 5 sampai 10 persen, itu hal wajar karena permintaan naik,” jelasnya
Tak berhenti sampai di sana, para pelaku usaha juga diarahkan untuk mengurus Nomor Induk Berusaha (NIB). Bahkan, Diperta siap membantu prosesnya secara gratis. Sebuah langkah strategis untuk mendorong legalitas dan ketertiban usaha di sektor pangan hewani.
Niko juga mengingatkan hal paling mendasar tapi sering terlupakan: kebersihan. “Tempat jualan bersih, penyimpanan higienis, produk dagingnya pun lebih aman dikonsumsi. Ini tanggung jawab bersama,” tegasnya.
Kabar baiknya, langkah ini mendapat sambutan positif dari pelaku usaha. Sejumlah pemilik hewan qurban bahkan telah menitipkan sapi mereka di RPH Maron sebagai bentuk dukungan pada regulasi pemerintah.
“Lewat kegiatan ini, kami ingin memastikan masyarakat bisa mendapatkan daging qurban yang sehat, halal, dan pastinya terjangkau,” pungkasnya
(BR**)